Album ' Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya '
source @Michael via Pinterest
source @Michael via Pinterest
source @Sweetz gurl via Pinterest
Untuk Dunia, Cinta Dan Kotornya
Ketika Nadin Amizah Merayakan Utuhnya Diri
Pada 13 Oktober 2023, musisi berbakat Indonesia, Nadin Amizah, kembali mengguncang belantika musik dengan merilis album studio keduanya, "Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya". Setelah sukses besar dengan album perdananya, Selamat Ulang Tahun (2020), Nadin kini mengajak kita menyelami narasi yang jauh lebih jujur, dewasa, dan multidiemsional.
Album ini bukan sekadar kumpulan lagu, melainkan sebuah jurnal refleksi yang terasa sangat pribadi, mengusung tema besar tentang penerimaan diri, perjuangan, cinta yang rumit, dan—yang paling penting—pengakuan bahwa menjadi manusia berarti memiliki sisi "kotor" dan tidak sempurna.
Membongkar Tiga Fase Cerita
"Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya" menampilkan 11 lagu dengan durasi total sekitar 51 menit. Nadin menyarankan untuk mendengarkan album ini secara berurutan, karena ia merangkai kisahnya dalam tiga fase perjalanan emosional:
1. Fase Diri yang Merasa Tidak Dicintai
Fase pembuka ini menggambarkan perasaan-perasaan awal yang rapuh. Lagu-lagu di bagian ini mungkin terasa seperti pengantar yang pahit, di mana Nadin jujur mengakui rasa takut dan keraguan dalam dirinya.
• "Jangan ditelan"
menjadi pengantar yang kuat, seolah berkata, “Jangan telan banyak-banyak aku dan kotorku, persetan siapa aku.” Ini adalah ajakan untuk tidak menenggelamkan diri dalam segala hal buruk yang dirasakan.
• "Bunga Tidur"
melanjutkan tema ketakutan, namun mulai menawarkan sepercik harapan: “Jangan pergi dulu, biar waktu berlalu dan semua sakitmu yang kau bawa akan runtuh.”
2. Fase Pencarian dan Kerentanan
Di fase ini, Nadin mulai memberanikan diri untuk mencari cinta dan pengakuan, meskipun ia tahu dirinya tidak sempurna. Inilah inti dari kerentanan seorang manusia yang ingin dicintai.
• "Rayuan Perempuan Gila"
Lagu yang paling viral dari album ini. Meskipun memiliki irama yang ceria dengan sentuhan keroncong bossa, liriknya justru sangat menyentuh. Ini adalah "national anthem" bagi mereka yang terang-terangan mengakui bahwa mereka gila dan tidak sempurna, tapi tetap mati-matian berusaha untuk dicintai: “Diam-diam berusaha, selalu tahu akan ditinggalkan namun demi tuhan aku berusaha.”
• "Ah" dan "Di Akhir Perang" menggambarkan perjuangan dan rasa lega setelah melewati masa-masa sulit, menandai adanya pergeseran menuju hubungan yang lebih sehat.
https://youtu.be/DD6cg7EY31s?si=MR2-bsCaAfeX-GfQ ( di akhir perang )
• "Berpayung Tuhan"
tentang keinginan untuk hidup bahagia, kuat, dan damai, dengan berserah diri kepada Tuhan dan mendoakan kebaikan untuk orang-orang tercinta
• "Nadin Amizah"
menciptakan gambaran tentang seorang gadis kecil dengan banyak impian yang pada akhirnya menjadi kenyataan. Namun, cerita dalam lagu ini juga mengandung unsur perjuangan dan pengorbanan.
3. Fase Penerimaan dan Perayaan Diri
Ini adalah babak manis dari album, hasil dari perjuangan yang telah dilewati. Fase ini berfokus pada cinta diri yang ditemukan melalui penerimaan orang lain, dan akhirnya, penerimaan terhadap diri sendiri secara utuh.
• "Kekal"
Lagu ini menyampaikan tentang cinta abadi yang mampu melewati berbagai tantangan waktu dan saling menguatkan satu sama lain.
• "Semua Aku Dirayakan"
Lagu romantis yang menjadi puncak kebahagiaan. Liriknya merayakan cinta yang tidak hanya menerima, tetapi juga merayakan setiap bagian dari dirinya, baik yang baik maupun yang "kotor": “Dunia saksinya saat ku rekah, Dicinta penuh sehalus seharusnya.”
• "Tapi Diterima"
Secara harfiah berbicara tentang proses menerima diri sendiri dan situasi yang sebelumnya menantang, dengan melodi yang menenangkan.
• "Tawa"
menutup album dengan indah, menjadi narasi penutup tentang pertumbuhan dan penerimaan diri. Baris pamungkasnya, "Hai, Nadin Amizah/Kutahu kamu," adalah wujud cinta diri yang paling murni—mengetahui siapa kita sebenarnya.
Sebuah Pernyataan Multi-Dimensi
Melalui album ini, Nadin Amizah berusaha meluruskan persepsi publik yang sering menganggapnya sebagai sosok "Ibu Peri" yang selalu putih dan tanpa cela. Nadin ingin dilihat sebagai sosok yang lebih multi-dimensi.
Judul albumnya sendiri adalah pernyataan: Dunia (realitas yang ia jalani), Cinta (kebahagiaan dan hubungan yang ia temukan), dan Kotornya (sisi gelap, rapuh, dan tidak sempurna yang ia miliki).
Dari segi musikalitas, Nadin dengan luwes melintasi berbagai subgenre Pop Folk, memasukkan corak keroncong di "Rayuan Perempuan Gila" dan unsur orkestra yang megah di "Semua Aku Dirayakan." Kemampuan menulis lirik Nadin tetap puitis dan mendalam, namun kini dengan kematangan emosi yang lebih terasa.
Kenapa Anda Harus Mendengarkannya?
"Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya" adalah album yang memberikan izin untuk merasa tidak baik-baik saja dan menerima segala kerumitan yang ada dalam diri. Jika Anda sedang berada dalam fase refleksi diri, berjuang dengan rasa insecure, atau hanya ingin mendengarkan musik dengan lirik yang jujur dan menggetarkan, album ini adalah teman terbaik Anda.
Ini adalah karya yang Nadin harap tidak perlu viral, tetapi dapat abadi dan lekat di hati setiap pendengarnya, mengingatkan bahwa kita semua, dengan segala "kotor" yang kita miliki, pantas untuk dicintai dan dirayakan.
Komentar
Posting Komentar